Selasa, 30 Desember 2008

Berkah Minyak Melonjak, Laba Pertamina Melesat

Jakarta, 31 Desember 2008



Riau dikenal kaya sumber minyak, bahkan di lepas pantai sekalipun, seperti di wilayah Kabupaten Bengkalis ini. Akan tetapi, kini ditemukan ribuan sumur yang memerlukan perawatan dan perbaikan karena produktivitasnya terus menurun



PT Pertamina (Persero) memperkirakan akan meraih laba sebelum pajak sebesar Rp 50 triliun pada 2008. Dirut Pertamina Ari Soemarno dalam paparan akhir tahun di Jakarta, Rabu (31/12) mengatakan, laba setelah pajak diperkirakan mencapai di atas Rp 30 triliun. "Kalau sampai kuartal ketiga 2008, laba sebelum pajak Rp40,3 triliun dan laba setelah pajak Rp26,4 triliun," katanya.

Menurut dia, kegiatan hulu migas menyumbang perolehan laba sebesar 70 persen dan sisanya dari hilir dan lainnya. Ia mengatakan, perhitungan laba sampai kuartal ketiga 2008 masih memakai harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) 112 dollar AS per barrel. Sedangkan, rata-rata ICP sampai akhir tahun sudah turun mencapai 103 dollar AS per barrel.

Namun, Ari memperkirakan, pendapatan dan laba Pertamina pada 2009 akan merosot tajam menyusul penurunan harga minyak. "Kalau memakai ICP 50 dollar AS per barrel maka pendapatan dan keuntungan jelas akan turun tajam," ujarnya.

Menurut dia, dengan harga ICP 80 dollar AS per barrel dan kurs Rp 9.400 per dollar AS maka laba bersih akan mencapai Rp 19 triliun. Namun, jika ICP 50 dollar AS per barrel dan kurs Rp11.000 per dollar AS, maka laba bersih Rp 13,8 triliun. "Kuartal ketiga tahun ini bisa tinggi karena ICP 112 dollar AS per barel dengan kurs Rp 9.400 per dollar AS," ujarnya.

Ari melanjutkan, penurunan laba juga dikarenakan biaya pendistribusian BBM bersubsidi pada 2009 (alpha) yang hanya delapan persen dibandingkan 2008 yang sembilan persen. "Kami akan rugi dari pendistribusian BBM bersubsidi dengan alpha delapan persen pada harga ICP 50 dollar AS per barrel," katanya.

Ari juga menambahkan, pada tahun 2009, Pertamina mengalokasikan investasi sebesar Rp 19 triliun yang 60 persen atau sekitar Rp 11 triliun diperuntukkan bagi kegiatan hulu.

Inilah Fakta yang Membebaskan Muchdi dari Jerat Jeruji Besi

JAKARTA,31 Desember 2008



Terdakwa kasus pembunuhan Munir, mantan Deputi V BIN Muchdi Purwoprandjono dengan pengawalan ektra ketat berusaha keluar dari kerumunan massa pendukungnya yang ingin mengucapkan selamat usai mengikuti persidangan dirinya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (31/12). Dalam persidangan Majelis Hakim memvonis bebas karena tidak ada bukti yang menguatkan bahwa terdakwa adalah orang yang menggerakkan terpidana kasus Munir, Pollycarpus, untuk membunuh Munir.




Motif dendam dan sakit hati Muchdi terhadap Munir dinyatakan tidak terbukti. Demikian pula dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dalam pembuatan surat rekomendasi BIN kepada Garuda Indonesia. Selain kedua hal itu, masih ada dua materi lain yang dipandang hakim seharusnya dapat dibuktikan jaksa untuk menjerat Muchdi.

Call Data Record Tak Bisa Buktikan Hubungan Muchdi-Polly

Hubungan antara mantan Deputi V BIN Muchdi Pr dengan mantan pilot Garuda yang diduga agen non jejaring BIN, Pollycarpus Budihari Priyanto, coba dibuktikan jaksa dengan menyertakan catatan hubungan telepon (call data record) antara nomor yang diduga sebagai nomor ponsel Polly dan Muchdi. Namun, menurut hakim, bukti CDR ini tak bisa serta merta menjadi bukti bahwa telah terjadi percakapan antara keduanya.

Keterangan sejumlah saksi juga melemahkan bukti tersebut. Sebab, tak ada satu orang saksipun yang menyatakan dengan pasti mengetahui adanya percakapan antar kedua orang itu. "Call data record antara nomor yang diduga punya Polly dan terdakwa (Muchdi) tidak disertai dengan data apakah benar perbincangan itu antara Polly dan terdakwa. Juga tidak ada bukti, apa isi perbincangannya," demikian pertimbangan hakim saat membacakan putusan di PN Jakarta Selatan, Rabu (31/12).

Keraguan hakim diperkuat dengan keterangan saksi yang menyatakan bahwa ponsel Muchdi kerap digunakan oleh orang lain. Keterangan saksi ahli juga mengungkapkan, hubungan antar ponsel memang bisa dibuktikan. Namun, hubungan percakapan antar orang tidak bisa dibuktikan.

Semula, jaksa dalam dakwaannya menduga ada hubungan antara Polly dan Muchdi. Polly, disinyalir agen non jejaring BIN dengan agen handler-nya Muchdi. Namun, saat bersaksi di persidangan Polly membantah bahwa ia mengenal Muchdi.

Muchdi Tak Terbukti Memerintahkan Beri Uang ke Polly

Dakwaan jaksa bahwa Muchdi menyalahgunakan kewenangannya dengan memberikan sarana uang kepada Polly juga dimentahkan hakim. Menurut hakim, bukti buku kwarto yang mencatat pengeluaran uang sebesar Rp2 juta, Rp3 juta dan Rp10 juta tidak bisa menguatkan dakwaan jaksa. Buku kwarto tersebut dinilai hanya merupakan sebuah catatan yang diragukan kebenarannya.

Untuk menguatkan bukti tersebut, hakim memerlukan bukti lain yang menguatkan dugaan itu. Selain itu, tak terdapat paraf terdakwa sebagai bukti bahwa pengeluaran uang tersebut atas sepengetahuannya. Sebab, Polly sendiri membantah menerima uang dari Muchdi.

Putusan hakim, membuahkan kekcewaan bagi istri almarhum Munir, kolega dan keluarga besarnya. Kekecewaan itu diungkapkannya usai persidangan di PN Jakarta Selatan. Putusan di penghujung tahun ini, bisa jadi kado manis buat Muchdi, tapi menjadi pil pahit yang harus ditelan Suciwati.

Presiden Ajak Bersiap Hadapi 2009

JAKARTA, 30 Desember 2008




Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak bangsa Indonesia untuk mempersiapkan diri menghadapi tahun 2009. Pasalnya, ada tiga hal yang akan dihadapi bangsa Indonesia, yakni melanjutkan transformasi pembangunan, menghadapi dampak krisis ekonomi dan keuangan global, serta menghadapi pemilu.

Hal itu diutarakan Presiden saat menyampaikan pidato di acara Tabligh Akbar memperingati 1 Muharram 1430 Hijriah di Mesjid Istiqlal Jakarta, Selasa (30/12).

Dalam acara itu, selain Presiden, hadir pula Menteri Agama Maftuh M Basyuni dan sejumlah menteri kabinet lainnya, serta ribuan jemaah Majelis Dzikir SBY Nurussalam. "Mari kita persiapkan diri untuk mengahadapinya, dan mari kita hadapi bersama-sama dengan kebersamaan dan kerja keras," ujar Presiden.

Menurut Presiden, ada tiga hal penting di tahun depan. "Pertama, kita masih terus menjalani transformasi pembangunan pascakrisis sepuluh tahun yang lalu. Kedua, tahun depan kita harus bersatu dan kompak serta bekerja keras menghadapi dampak krisis keuangan global. Ketiga, kita hadapi Pemilu bulan April, Juli, atau bisa jadi September," tambah Presiden.

Presiden menyatakan apa yang dihadapi tahun depan itu bisa dilalui bersama apabila bangsa Indonesia dengan penuh tanggung jawab mengatasi krisis, serta menjalankan proses demokrasi dan politik dengan penuh amanah dan tanggung jawab.

Pertumbuhan Ekonomi 2009 Diperkirakan Hanya 3,5 Persen

JAKARTA, 29 Desember 2008




Pertumbuhan ekonomi (PE) selama tahun 2009 diperkirakan hanya akan mencapai 3,5-3,7 persen menyusul pengaruh krisis keuangan global. Proyeksi ini lebih rendah dari proyeksi PE pemerintah yang mencapai 4,5-5 persen.

Hal tersebut disampaikan ekonom Tim Indonesia Bersatu Henry Supartini saat diskusi Akhir Tahun Evaluasi Pemerintahan SBY, di Jakarta, Senin (29/12). Supartini menilai, proyeksi PE pemerintah tahun 2009 terlalu tinggi.

"Proyeksi pemerintah dalam APBN 2009 masih dalam APBN kampanye. Seharusnya pemerintah menyampaikan ke masyarakat kalau kenyataannya PE tahun depan bisa rendah," kata Suhartini.

Hal senada juga di sampaikan ekonom INDEF Fadhil Hasan. Meski memperkirakan PE tahun depan akan berada di kisaran 4,9 persen, ia tidak menutup kemungkinan dalam realisasinya PE lebih rendah. Faktor utama penyebab rendahnya PE adalah dampak krisis keuangan global akan diperkirakan lebih terasa di tahun 2009.

"Saya ambil rata-rata proyeksi dari beberapa lembaga, seperti IMF dan World Bank. Perkiraan saya PE 4,9 persen, tapi realisasinya bisa lebih rendah dari itu," tutur Fadhil.

Apalagi, Fadhil memaparkan selama empat tahun pemerintahan SBY, rata-rata realisasi PE belum seperti yang dikehendaki. Dalam kampanyenya, SBY mematok target PE rata-rata 6,6 persen. Namun, selama pemerintahan SBY rata-rata PE hanya sebesar 5,5 persen.

Tahun 2009, Rupiah Akan Menguat di Bawah Rp 10.000

JAKARTA, 29 Desember 2008



Tahun 2009 diperkirakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dollar AS akan kembali menguat hingga ke level di bawah Rp 10.000. "Awal tahun 2009 rupiah akan berada di level Rp 11.000 sekian. Namun, tidak menutup kemungkinan akan kembali turun di bawah Rp 10.000," kata pengamat pasar uang, Dodit Arif Syah, di Jakarta, Senin (29/12).

Menurut Dodit, penguatan nilai rupiah terjadi karena akan ada dana-dana yang masuk ke Indonesia dari luar negeri. Pasalnya, tahun depan tingkat likuiditas negara-negara maju diperkirakan akan mengendur seiring tingkat suku bunga acuan yang diberlakukan di beberapa negara sangat rendah, bahkan mendekati nol persen. "Mereka akan menyalurkan dananya ke suatu tempat. Dan saya yakin Indonesia pasti akan dilirik," ujarnya.

Dodi menyebut, masuknya dana-dana asing ke dalam negeri akan memberi angin positif bagi kondisi perekonomian dalam negeri. "Dampaknya rupiah akan kembali menguat," katanya.

Sabtu, 27 Desember 2008

Jadwal Keberangkatan Kereta Api Listik (KRL) Ekonomi Jabodetabek

Jadwal Keberangkatan Kereta Api Listik (KRL) Ekonomi Jabodetabek
March 5th, 2008






Jadwal harian keberangkatan Kereta Api Listrik (KRL) Ekonomi Jurusan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Khusus hari sabtu, minggu, dan hari libur terjadi pengurangan jumlah keberangkatan.

Bogor-Depok-Kota
04.30, 04.45, 04.57, 05.18, 05.44, 06.05, 06.12, 06.30, 06.50, 07.02, 07.44, 07.57, 08.15, 08.24, 08.48, 09.09, 09.24, 10.11, 10.27, 10.51, 11.10, 11.25, 11.38, 12.05, 12.24, 12.40, 13.07, 13.38, 13.48, 14.14, 14.31, 14.48, 15.08, 15.24, 15.51, 16.19, 16.31, 16.56, 17.05, 17.27, 17.42, 17.52, 18.06, 18.20, 18.58

Kota-Depok-Bogor
16.10, 06.23, 06.35, 07.03, 17.21, 07.40, 08.16, 08.22, 09.00, 09.15, 09.27, 09.42, 09.54, 10.27, 10.50, 11.11, 11.28, 11.50, 12.10, 12.38, 13.07, 13.20, 13.41, 14.10, 14.23, 14.50, 15.07, 15.17, 15.38, 15.50, 16.09, 16.28, 16.45, 17.03, 17.22, 17.31, 17.56, 18.15, 18.38, 18.56, 19.11, 19.30, 19.42, 20.05, 20.45

Bogor-Depok-Tanah Abang
05.05, 07.20, 11.25, 18.33

Tanah Abang-Depok-Bogor
06.37, 10.28, 12.58, 16.25

Bogor-Depok-Manggarai
13.22, 15.00, 18.06, 19.20, 19.30, 20.30, 20.40, 20.50

Manggarai-Depok-Bogor
05.00, 05.25, 16.19, 18.00, 19.41, 20.37, 20.51

Depok-Manggarai-Kota
06.01, 07.09, 08.04

Kota-Manggarai-Depok
07.53

Depok-Manggarai-Tanah Abang
06.50, 09.08

Tanah Abang-Depok
06.53

Tanah Abang-Depok-Bojong Gede
07.52

Tanah Abang-Depok Baru
08.58

Bojong Gede-Kota
09.10

Manggarai-Depok
05.06, 06.00, 06.15

Kampung Bandan-Bogor
10.21, 16.05

Depok-Cikini
09.08

Cilebut-Kota
13.19

Depok Baru-Kota
10.20

Kota-Tangerang
07.30, 10.30, 13.30, 16.30, 19.00

Tangerang-Kota
06.00, 08.45, 12.00, 17.40

Kota-Bekasi
06.37, 08.54, 09.10, 09.58, 10.30, 11.05, 11.35, 12.16, 12.50, 13.22, 13.45, 15.35, 16.21, 16.54, 17.15, 17.42, 18.30

Bekasi-Kota
05.35, 06.32, 07.42, 08.07, 08.42, 08.56, 09.51, 10.28, 11.02, 11.45, 12.10, 12.40, 13.17, 14.25, 14.45, 15.47, 16.36, 17.20

Kota-Manggarai-Bekasi
07.39, 07.54

Bekasi-Manggarai-Kota
06.45

Bekasi-Manggarai
17.08

Bekasi-Kampung Bandan
15.03

Kampung Bandan-Bekasi
15.48

Kota-Tanah Abang-Bekasi
14.20

Tanah Abang-Serpong
06.30, 07.00, 08.05, 09.00, 09.50, 11.00, 12.30, 15.50, 17.10, 19.10

Serpong-Tanah Abang
05.45, 06.00, 07.20, 08.00, 09.00, 10.00, 11.45, 15.05, 16.00

Serpong-Tanah Abang-Manggarai
13.15, 16.35

Manggarai-Tanah Abang-Serpong
14.55, 20.00

Sabtu, 06 Desember 2008

Tawuran, Dua Pelajar Bogor Masuk RS




*BOGOR*

Sebanyak dua pelajar kelas 12 SMK PGRI 2 Kota Bogor mengalami luka-luka dan dirawat di RSU PMI Bogor. Keduanya menjadi korban tawuran pelajar di Jalan Raya Ciapus, dekat SPBU Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Sabtu sekitar pukul 14.00.

Kedua pelajar tersebut adalah Ajat Sudrajat (18), warga Kampung Bumiaga RT 01 RW 01 Desa Sukaresmi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, mengalami luka sobek di bagian punggung. Sementara temannya, Suhendar (18), warga Desa Cibeureum, Dramaga, Kabupaten Bogor, luka sobek di pipi.

Kedua pelajar tersebut hingga Sabtu sore masih berada di ruang unit gawat darurat (UGD) RSU PMI Bogor, setelah mendapatkan pertolongan medis.

Informasi yang dihimpun di lokasi, tawuran terjadi antara pelajar SMK PGRI 2 dan SMK YTKTB di Jalan Raya Ciapus, dekat SPBU Kota Batu, Kecamatan Ciomas.

Warga setempat berhasil meredam aksi tawuran dan menyerahkan beberapa pelajar yang terlibat tawuran ke Polsek Ciomas. Kepala Polsek Ciomas, Ajun Komisaris Suryo Purnomo ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya mengatakan, ia belum mengetahui informasi tersebut.

"Tadi pagi dan siang, saya bertugas menjaga keamanan pada rapat pleno KPU Kabupaten Bogor mengenai penghitungan suara Pemilihan Bupati (Pilbup) Bogor," katanya.

Sabtu, 6 Desember 2008 | 20:10 WIB

Jumat, 05 Desember 2008

Banyaknya Mutilasi Jangan Salahkan Televisi




*SEMARANG*

Banyaknya kasus pembunuhan dan mutilasi yang terjadi di Indonesia belakangan ini, tidak hanya disebabkan maraknya tayangan kriminal di televisi tetapi juga disebabkan oleh faktor pribadi, lingkungan masyarakat dan ekonomi, kata psikolog Undip Semarang, Hastaning Sakti.

"Menanggapi banyaknya kasus pembunuhan dan mutilasi yang akhir-akhir ini sering terjadi, sebaiknya masyarakat jangan menyalahkan televisi, banyak faktor lain yang sebenarnya juga menjadi pemicu terjadinya hal itu," katanya di Semarang, Senin.

Faktor lain yang juga menjadi penyebab seseorang melakukan pembunuhan juga mutilasi adalah kesalahan pola pikir, ekonomi, lingkungan sosial, dan keluarga.

Ia menjelaskan, rata-rata orang Indonesia tidak bisa mengatur tingkat emosional mereka, sehingga jalan keluar yang diambil ketika menghadapi masalah sering kali jauh dari kebiasaan orang normal.

Tingkat pendidikan yang rendah, menurut dia, sebagai salah satu faktor penyebab orang melakukan tindak kejahatan."Bisa kita lihat, rata-rata pelaku kejahatan, pembunuhan dan mutilasi pada kasus belakangan ini, dilakukan oleh orang yang tingkat pendidikannya rendah," kata dosen Fakultas Psikologi Undip ini.

Kasus mutilasi akhir-akhir ini banyak ditemukan di beberapa kota di Indonesia, seperti aksi yang dilakukan Ryan di Jakarta, penemuan potongan tubuh manusia di bus Mayasari Jakarta dan terakhir di kawasan wisata Kopeng Kabupaten Semarang.

Disinggung masalah televisi sebagai penyebab maraknya kasus pembunuhan dan mutilasi, ia mengatakan, televisi itu sebenarnya sangat penting untuk pengetahuan dan pendidikan, hanya saja masyarakat belum siap menerima itu, sehingga baik atau buruk apapun yang ada di televisi cenderung akan dicontoh.

Psikolog dari Universitas Katolik Soegiyopranoto, Kristiana Haryanti juga menyatakan hal serupa, banyak faktor lain yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan pembunuhan seperti faktor pribadi, tekanan lingkungan, dan pendidikan.

Ia mengatakan tiap orang mempunyai tingkat ambang stres yang berbeda. "Itu yang menyebabkan jenis penyelesaian tiap orang berbeda ketika menghadapi suatu masalah," katanya.

"Orang yang mempunyai masalah yang sama belum tentu sama dalam hal menyelesaikannya karena tingkat ambang stres tiap orang berbeda," katanya.

Ia mencontohkan, bila ada dua orang yang mengalami putus cinta, satu orang mungkin akan bunuh diri, dan orang lainnya mungkin akan bersikap acuh tak acuh dan segera mencari penggantinya.

Faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat ambang stres, menurut Kristiana, adalah kepribadian dan lingkungan. "Faktor kepribadian dan lingkungan adalah hal yang membuat ketangguhan seseorang yang mengalami masalah menjadi berbeda," katanya.

Ia menilai saat ini memang televisi banyak menayangkan hal-hal yang negatif, tetapi perlu ada seleksi yang lebih ketat terhadap tayangan negatif oleh instansi terkait.

Senin, 1 Desember 2008 | 22:10 WIB

Selasa, 02 Desember 2008

OPINI Tawuran Pelajar

Hari ini sempat melihat siaran di tv, topiknya menarik yaitu tentang Tawuran Pelajar. Wah sudah lama saya tidak mendengar issue ini, padahal zaman SD dulu saya menganggap tawuran pelajar adalah tindakan yang termasuk ke dalam 3 besar tindakan anarkis terbaik setelah demo mahasiswa dan jarah-jarahan pada saat itu. Hehehe..

Sempat saya pikir dia (tawuran pelajar) sudah keluar dari nominasi tindak anarkis beberapa tahun ini. Ternyata tidak, terbukti dengan diangkatnya topik ini di siaran tv sabtu ini.

Mirisnya, ternyata tindakan ini meliputi berbagai kalangan. Setidaknya ada beberapa kategori tawuran:

Kategori SMP:
Pelakunya anak-anak SMP, biasanya penyebabnya ejek-ejekan sekolah. Peralatan yang digunakan antara lain adalah batu, gesper besi, dan mungkin beberapa senjata tajam.Hehehe…


Kategori SMA:

Pelakunya anak-anak SMA. Dikategori ini biasanya penyebabnya masih sama dengan kategori sebelumnya hanya saja medianya lebih luas, yang terhangat adalah ejek-ejekan dengan media internet. Peralatan yang digunakan sedikit berkembang dengan bertambahnya varian senjata tajam yang digunakan. Faktor pemicu lainnya adalah di kategori ini terdapat gank-gank anak sekolah yang memiliki sistem kaderisasi yang cukup baik. Hehehe…

Kategori Mahasiswa:
Pelakusnya Mahasiswa, tanggal 28 Mei 2008 lalu baru saja berlangsung tawuran antara YAI dan UKI. Penyebabnya lebih beragam dan levelnya bisa lebih tinggi dari kategori-kategori sebelumnya. Peralatannya juga sudah canggih dari batu sampai molotov sudah dikeluarkan. Hehehe…

Kategori Parlemen:
Yang ini sempat ngetrend tahun lalu, kericuhan (tawuran) di DPR saat paripurna kemarin termasuk ke dalam kategori ini. Pelakunya anggota DPR. Entahlah penyebab model apa lagi yang membuat para wakil rakyat ikut meramaikan “pentas tawuran” di negeri ini.

Yap, satu lagi potret buram di dunia pendidikan bangsa kita. Untung tawuran tingkat SD belum populer. Semoga tidak ada namanya tawuran cilik, yang isinya anak-anak SD pada tawuran gara-gara rebutan mainan. Hehehe..

Sepertinya pemahaman tentang indahnya perbedaan dan sikap menghargai antar sesama berperan penting dalam masalah ini. Dan tentunya diberikan semenjak dini dan dimulai dari lingkungan terkecil bernama keluarga.

Perkelahian Pelajar

Perkelahian, atau yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar pada
remaja.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain.

Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus.

Dampak perkelahian pelajar

Jelas bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua, rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang
terakhir ini jelas memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup bermasyarakat di Indonesia.

Pandangan umum terhadap penyebab perkelahian pelajar

Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal dari sekolah kejuruan, berasal dari keluarga dengan ekonomi yang lemah. Data di Jakarta tidak mendukung hal ini. Dari 275 sekolah yang sering terlibat perkelahian, 77 di antaranya adalah sekolah menengah umum. Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi. Tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.

Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah sesederhana itu. Terutama di kota besar, masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.

Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik. Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang “mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Sedangkan pada delikuensi sistematik, para remaja yang terlibat perkelahian itu berada di dalam
suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi. Sebagai anggota, mereka bangga kalau dapat melakukan apa yang diharapkan oleh kelompoknya.


Tinjauan psikologi penyebab remaja terlibat perkelahian pelajar


Dalam pandangan psikologi, setiap perilaku merupakan interaksi antara kecenderungan di dalam diri individu (sering disebut kepribadian, walau tidak selalu tepat) dan kondisi eksternal. Begitu pula dalam hal perkelahian pelajar. Bila dijabarkan, terdapat sedikitnya 4 faktor psikologis mengapa seorang remaja terlibat perkelahian pelajar.

Faktor internal. Remaja yang terlibat perkelahian biasanya kurang mampu melakukan adaptasi pada situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks di sini berarti adanya keanekaragaman pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan semua rangsang dari lingkungan yang makin lama makin beragam dan banyak. Situasi ini biasanya menimbulkan tekanan pada setiap orang. Tapi pada remaja yang terlibat perkelahian, mereka kurang mampu untuk mengatasi, apalagi memanfaatkan situasi itu untuk pengembangan dirinya. Mereka biasanya mudah putus asa, cepat melarikan diri dari masalah, menyalahkan orang / pihak lain pada setiap masalahnya, dan memilih menggunakan cara tersingkat untuk
memecahkan masalah. Pada remaja yang sering berkelahi, ditemukan bahwa mereka mengalami konflik batin, mudah frustrasi, memiliki emosi yang labil, tidak peka terhadap perasaan orang lain, dan memiliki perasaan rendah diri yang kuat. Mereka biasanya sangat membutuhkan pengakuan.

Faktor keluarga. Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan (entah antar orang tua atau pada anaknya) jelas berdampak pada anak. Anak, ketika meningkat remaja, belajar bahwa kekerasan adalah bagian dari dirinya, sehingga adalah hal yang wajar kalau ia melakukan kekerasan pula. Sebaliknya, orang tua yang terlalu melindungi anaknya, ketika remaja akan tumbuh sebagai individu yang tidak mandiri dan tidak berani mengembangkan identitasnya yang unik. Begitu bergabung dengan teman-temannya, ia akan menyerahkan dirnya secara total terhadap kelompoknya sebagai bagian dari identitas
yang dibangunnya.

Faktor sekolah. Sekolah pertama-tama bukan dipandang sebagai lembaga yang harus mendidik siswanya menjadi sesuatu. Tetapi sekolah terlebih dahulu harus dinilai dari kualitas pengajarannya. Karena itu, lingkungan sekolah yang tidak merangsang siswanya untuk belajar (misalnya suasana kelas yang monoton, peraturan yang tidak relevan dengan pengajaran, tidak adanya fasilitas praktikum, dsb.) akan menyebabkan siswa lebih senang melakukan kegiatan di luar sekolah bersama teman-temannya. Baru setelah itu masalah pendidikan, di mana guru jelas memainkan peranan paling penting. Sayangnya guru lebih berperan sebagai penghukum dan pelaksana aturan, serta sebagai tokoh otoriter yang sebenarnya juga menggunakan cara kekerasan (walau dalam bentuk berbeda) dalam “mendidik” siswanya.

Faktor lingkungan.
Lingkungan di antara rumah dan sekolah yang sehari-hari remaja alami, juga membawa dampak terhadap munculnya perkelahian. Misalnya lingkungan rumah yang sempit dan kumuh, dan anggota lingkungan yang berperilaku buruk (misalnya narkoba). Begitu pula sarana transportasi umum yang sering menomor-sekiankan pelajar.
Juga lingkungan kota (bisa negara) yang penuh kekerasan. Semuanya itu dapat merangsang remaja untuk belajar sesuatu dari lingkungannya, dan kemudian reaksi emosional yang berkembang mendukung untuk munculnya perilaku berkelahi.

Dampak Siaran TV Terhadap Kenakalan Remaja




Masalah kenalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semkain lancar, cepat dan mudah. Dunia teknologi yang semakin canggih, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai media, disisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas diberbagai lapisan masyarakat.

Meningkatnya kenakalan remaja saat ini merupakan salah satu dampak dari media informasi yaitu program siaran televisi yang dinilai kurang memberikan nilai edukatif bagi remaja ketimbang nilai amoralnya. Hal ini disebabkan karena industri perfilman kurang memberikan pesan-pesan moral terhadap siaran yang ditampilkan. Dapat diperhatikan dalam berbagai program televisi seperti pada sinetron-sinetron maupun reality show yang banyak menayangkan tentang pergaulan bebas remaja bersifat pornografis, kekerasan, hedonisme dan sebagainya untuk selalu ditampilkan dilayar kaca. Oleh karena program tersebut banyak diminati publik, khususnya remaja. Sehingga dapat memberikan suatu peluang bisnis bagi pihak stasiun TV yaitu misalnya berupa banyaknya iklan yang masuk.

Berbagai acara yang menayangkan tentang pergaulan bebas remaja di kota besar yang sarat akan dunia gemerlap (dugem). Seperti tayangan remaja dalam mengonsumsi obat-obatan terlarang, cara berpakaian yang terlalu minim alias kurang bahan / sexy, goyang-goyangan yang sensual para penyanyi dangdut, kisah percintaan remaja hingga menimbulkan seks bebas, ucapan-ucapan kasar dengan memaki-maki atau menghina dan sebagainya. Inilah yang seringkali menjadi contoh tidak baik yang sering mempengaruhi remaja-remaja yang berada di kota maupun di daerah untuk mengikuti perilaku tersebut.

Dari tayangan – tayangan tersebut ada remaja yang hanya sekedar menyaksikan, tapi tidak terpengaruh mengikutinya. Dan ada juga remaja yang memang gemar menyaksikan dan terpengaruh untuk mengikuti hal tersebut guna mencari sensasi di lingkungan pergaulan. Remaja inilah yang paling rawan melakukan berbagai pelanggaran, karena mereka mudah terpengaruh dan ingin mencari sensasi dilingkungan pergaulan agar dapat disebut sebagai remaja yang gaul.

Terhadap remaja yang mudah terpengaruh oleh adegan-adegan tersebut, mengakibatkan mereka selalu berbuat iseng dalam bergaul atau dalam bentuk kenakalan. Apalagi mereka bergaul dengan teman yang nakal maka semakin mudah pula mereka terpengaruh. Seperti nonton film porno karena ketertarikan akan program televisi yang bersifat sensualitas hingga menimbulkan suatu bentuk penyimpangan dalam bergaul. Serta cara berpacaran yang sudah melewati batas, hingga menimbulkan seks bebas dikalangan remaja yang pada akhirnya banyak diantara remaja-remaja yang menikah di usia muda. Selain itu juga dapat menimbulkan pemerkosaan dan pencabulan dikalangan remaja.

Begitu juga program yang menayangkan adegan kekerasan sehingga remaja yang pola pikirnya masih labil dan emosional cenderung untuk melakukan perilaku yang kasar dan tidak sopan baik kepada teman sendiri, maupun kepada guru bahkan orang tua seklaipun. Banyak sekali dampak negatif yang dirasakan terhadap remaja hanya saja terkadang remaja tidak terlalu merespon berbagai dampak yang muncul.

Meskipun banyak para remaja terjerumus pada hal-hal yang kurang baik namun tidak semua remaja terpengaruh oleh tayangan televisi yang menyimpang tersebut. Diantara remaja-remaja, pastinya juga ada yang mengambil sisi positif dari acara yang diberikan. Kenakalan remaja akibat dari program televisi menyimpang dapat terjadi apabila didukung pula oleh lingkungan yang memberikan kesempatan buruk terhadap pergaulan mereka.

Begitu juga tidak semua tayangan mengenai sinetron remaja itu jelek. Jika para anak atau remaja dapat mengambil sisi positif dari tayangan tersebut, tentu tidak akan ada masalah terhadap pribadi dan lingkungannya. Namun jika mereka meniru berbagai tayangan yang dinilai kurang mendidik, seperti pergaulan bebas dan saling mempengaruhi diantara lingkungan yanag memang menyediakan lingkungan yang kurang baik. Kemungkinan remaja akan melakukan berbagai penyimpangan, baik dari segi agama maupun moral dan etika bahkan tak jarang memuaskan nafsu akhirnya melakukan pelanggaran hukum.

Kondisi Labil Remaja

Kita ketahui bahwa usia remaja merupakan masa labil pada seseorang. Dimana saat itu timbul rasa ingin menunjukkan diri ”ini aku”. Oleh karena itu sikap meniru pada kalangan remaja merupakan suatu bentuk dari masa pubertas yang dialami oleh keadaan jiwa yang masih labil. Artinya jika mereka tidak dapat mengontrol diri dengan baik dan apabila waktu luang juga tidak dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, maka perbuatan iseng dan kenakalan lainnya mudah sekali terjadi. Seperti halnya bolos sekolah di saat jam pelajaran, narkoba dan cara berpakaian yang berlebihan dan tak sepantasnya untuk digunakan ujungnya dapat menimbulkan seks bebas dan akibatnya banyak remaja menikah di usia remaja atau tidak keperawanan lagi. Atau dampak lain pada kenakalan remaja seperti pencurian, cabul, perkosaan, pemerasan, narkoba kebut-kebutan dijalan atau tauran antar sekolah dalam ajang menunjukkan kejagoannya.

Faktor Kenakalan Remaja

Berdasarkan perkembangan zaman saat ini adapun yang menjadi faktor-faktor penyebab kenakalan remaja saat ini adalah: 1. faktor intern: adalah faktor yang datangnya dari dalam tubuh remaja sendiri. Faktor intern ini jika mendapatkan contoh-contoh yang kurang mendidik dari tayangan televisi akan menimbulkan niat remaja untuk meniru adegan-adegan yang disaksikan pada isi program televisi tersebut. Khususnya menyangkut masalah pergaulan remaja di zaman sekarang yang makin berani mengedepankan nilai-nilai budaya luar yang tidak sesuai dengan adat budaya bangsa. Akhirnya keinginan meniru tersebut dilakukan hanya sekedar rasa iseng untuk mencari sensasi dalam lingkungan pergaulan dimana mereka bergaul tanpa batas dan norma agar dipandang oleh teman-temannya dan masyarakat sebagai remaja yang gaul dan tidak ketinggalan zaman. Timbulnya minat atau kesenangan remaja yang memang gemar menonton acara televisi tersebut dikarenakan kondisi remaja yang masih dalam tahap pubertas. Sehingga rasa ingin tahu untuk mencontoh berbagai tayangan tersebutyang dinilai kurang memberikan nilai moral bagi perkembangan remaja membuat mereka tertarik. Dan keinginan untuk mencari sensasipun timbul dengan meniru tayangan-tayangan tesebut, akibat dari kurangnya pengontrolan diri yang dikarenakan emosi jiwa remaja yang masih labil. 2. faktor ekstern: adalah faktor yang datangnya dari luar tubuh remaja. Faktor ini dapat disebut sebagai faktor lingkungan yang memberikan contoh atau teladan negatif serta didukung pula oleh lingkungan yang memberikan kesempatan. Hal ini disebabkan karena pengaruh trend media televisi saat ini yang banyak menampilkan edegan-adegan yang bersifat pornografi, kekerasan, hedonisme dan hal-hal yang menyimpang dari nilai moral dan etika bangsa saat ini. sepertinya media televisi telah memaksa remaja untuk larut dalam cerita-cerita yang mereka tampilkan seolah-olah memang begitulah pergaulan remaja seharusnya saat ini. Yang telah banyak teradopsi oleh nilai-nilai budaya luar yang kurang dapat mereka seleksi mana yang layak dan yang tidak layak untuk ditiru. 3. Kurangnya perhatian dari orang tua dan lingkungan yang memang menyediakan pergaulan buruk. Maka memberikan dampak buruk pula bagi remaja untuk mudah larut dalam hal-hal negatif. Baik dari tayangan televisi maupun dari pergaulan teman-temannya. Kurangnya perhatian orang tua banyak para remaja mencari perhatian didunia luar. Mereka cenderung melakukan atau mencari kesenangan di lingkungan pergaulannya. Ikut-ikutan dan tak lagi dapat membedakan yang mana baik dan buruk. Rasa takut hilang karena menganggap banyak temannya yang melakukan hal keliru tersebut. Hingga akhirnya ketergantungan dan mereka terus melakukannya berulang kali seperti halnya biasa dan membentuk sebuah budaya yang tak bisa lepas dari hidup mereka. Seperti mengkonsumsi minuman keras, narkoba dan kegiatan lain yang dinilai dapat memberikan kesenangan sesaat. Dan dampak dari kegiatan tersebut akan menciptakan orang-orang yang hedonis.

Generasi muda adalah cerminan dari bangsa kita kedepan. Mari kita jaga generasi muda saat ini…………..


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Supported by Interior Design. Powered by Blogger